Dikabarkan bahwa harga telur ayam jelang natal dan tahun baru (nataru) tembus di atas Rp30.000 per kilogram (kg). Melihat hal itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas menganggap wajar kenaikan harga tersebut. Menurutnya, kenaikan harga telur terjadi karena permintaan saat ini tengah tinggi. Di sisi lain, ayam petelur memproduksi telur memang tidak bisa banyak.
“Saya kira gini telur kan kalau menelur satu hari satu. Kalau nataru ini permintaan naik, sedikit dia harganya naik,” ujar dia dalam keterangan kemarin pada Jumat, 9 Desember.
Zulhas mengatakan, jika nanti situasi permintaan turun, harga telur ayam diprediksi akan cepat turun kembali. “Nanti kalau permintaannya turun, harganya turun cepat dia. Oleh karena itu kenaikan ini kita anggap masih wajar Rp30.700,” lanjutnya.
“Tetapi tempat-tempat tertentu ya kata dia (pedagang) ‘kapan lagi ini mau nataru masa saya nggak boleh untung pak. Sekali-sekali setahun'” ucapnya.
Berdasarkan data Informasi Pangan Jakarta, harga telur rata-rata sudah di level Rp31.561/kg. Harga tertinggi di Pasar Kalideres Rp33.000/kg dan terendah Rp29.000/kg di Pasar Ciplak. Sebelumnya, Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), Abdullah Mansuri juga mengakui memang harga telur ayam saat ini kembali naik. Rata-rata di Jakarta sudah tembus lebih dari Rp30.000/kg.
“Telur sekarang tembus Rp30.000 bahkan lebih. Ada yang jual lebih. Telur memang itu agak susah. Dari turun nanti naik lagi. Bahkan ada yang jual Rp32.000,” ungkapnya pada Rabu, 30 November.
Mansuri menyebut, penyebab dari kenaikan harga telur ini karena biaya pakan yang tinggi. Oleh sebab itu, harga telur ayam dari peternak telur ayam juga sudah tinggi. “Faktornya bukan karena ketersediaan tetapi karena pakannya yang dari sananya mahal. Dari Blitar, dari Kendal itu sudah tinggi dari beberapa daerah itu dari petelur itu sudah tinggi,” jelasnya.