Inilah tanggapan Moeldoko mengenai seseorang yang berucap seenaknya di media sosial, namun setelah tertangkap meminta maaf.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko rupanya geram dengan fenomena saat sejumlah orang dengan mudahnya menghina, mengancam, namun saat tertangkap meminta maaf.
Beberapa contohnya yang baru saja terjadi baru-baru ini, yakni seorang pemuda yang ikut demonstrasi di depan Gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) baru-baru ini. Di depan kamera ponsel, pemuda berinisial HS (25) itu mengancam akan memenggal kepala Presiden Joko Widodo.
Namun belakangan ketika polisi menciduknya atas videonya tersebut, pemuda yang mengancamm Presiden itu meminta maaf dan mengaku emosional.
Inilah Tanggapan Moeldoko Mengenai Orang yang dengan Mudahnya Menghina, Setelah Tertangkap Minta Maaf
Menanggapi hal itu, Moeldoko mengaku sudah berbicara dengan Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk tetap menindak tegas para pelaku seperti itu.
“Saya sudah sampaikan kepada Kapolri, jangan lagi ada maaf, tindak saja. Nanti diberi maaf makin enggak tertib. Yang salah tindak, agar tidak sembarangan tata kramanya, hukumnya, ada aturan-aturannya,” kata Moeldoko.
“Kalau yang seperti ini dibiarkan, nanti negara ini menjadi chaos. Negara ini menjadi anarkis, negara ini menjadi enggak tertib. Negara kita ini harus tertib, enggak boleh lagi ya sembarangan,” imbuh Moeldoko.
Tak hanya itu saja, Moeldoko juga menekankan penegakkan hukum ini tidak hanya dilakukan bagi barisan tokoh oposisi. Perlakuan yang sama juga tetap dilakukan bahkan bagi pendukung pemerintah. Sudah sepatutnya sebagai warga negara yang baik, janganlah memperlakukan kepala negara sebagai symbol negara seperti itu. Kita harus menghormati dan menjaga wibawanya sebagai symbol negara.