Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan bahwa penyebab utama arus perdagangan komoditas terganggu bukan karena sentimen negatif dan insidentl seperti perang di Ukraina. Itu hanya sebagai pendorong dan peringatan.
Karena itu, menurut dia, perdangan komoditas dunia perlu ditata ulang. Hal tersebut didampaikan Lutfi dalam sambutannya sebagai salah satu pembicara di panel diskusi bertema “Absorbing Commodity Shocks”, pada acara World Economy Forum yang digelar di Davos, Swiss.
“Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo sudah sejak lima tahun lalu menyatakan bahwa perdagangan komoditas dunia perlu ditata ulang. Karena struktur dan sistem yang dominan saat ini lebih banyak dampak buruknya dibandingkan manfaatnya. Khususnya bagi masyarakat di negara berkembang besar seperti Indonesia, Brasil, India dan China,” katanya dalam keterangan resmi, Rabu, 25 Mei
Menurut Lutfi, yang dibutuhkan adalah perubahan mentalitas dalam memandang perdagangan bebas dunia sebagai lokomotif yang tidak bisa dilepaskan dari faktor-faktor non-ekonomi.
Dikutip dari VOI, konsep yang dikenal dengan environment, sustainability and governance (ESG) saat ini menjadi ukuran pertama dan utama bagi investor dalam menanamkan modalnya.
Lebih lanjut, Lutfi mengatakan, konsep ESG adalah pembangunan ekonomi berbasis pemeliharaan lingkungan, pembangunan yang berkesinambungan dan tata kelola.
“Kami di Indonesia percaya bahwa komitmen penuh terhadap ESG menciptakan platform untuk membangun rasa saling membutuhkan dan saling percaya antara semua negara di dunia,” ucapnya.
Lutfi menambahkan, Indonesia tidak tinggal diam melihat beragam hambatan terhadap perdagangan dan perekonomian dunia.
Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN yang memiliki total populasi 600 juta orang saat ini bersama-sama sembilan negara ASEAN lainnya berkomitmen penuh untuk menghilangkan kendala perdagangan antar negara ASEAN sebagai kontribusi nyata ASEAN dalam meringankan beban perekonomian dunia saat ini.
Menurut Lutfi, hal tersebut dilakukan sambil 10 negara ASEAN saling mendukung dalam menerapkan konsep ESG di masing-masing negara.
“Selanjutnya dengan komitmen penuh ASEAN dalam penerapan ESG, kami berharap perekonomian ASEAN bisa semakin terintegrasi ke dalam rantai pasok utama dunia (main global supply chain),” ucapnya.
Singkatnya, kata Lutfi, ESG justru akan menjadi katalis sekaligus peluang untuk negara berkembang menjadi negara maju.
Dalam pertemuan tahunan WEF, Mendag Lutfi menjadi tokoh nasional yang sering mendapatkan undangan sebagai pembicara.