Pada minggu ini, pihak berwenang Tiongkok telah melancarkan tindakan tegas dengan menangkap sejumlah karyawan dari Zhongzhi Enterprise, perusahaan pemberi pinjaman dan investasi terbesar di negara tersebut. Langkah ini merupakan respons terhadap kekacauan keuangan yang dihadapi Zhongzhi, yang baru-baru ini mengumumkan kebangkrutannya dengan kewajiban mencapai US$31 miliar atau Rp480,15 triliun.
Zhongzhi Enterprise yang dikenal sebagai konglomerasi swasta dengan fokus pada penawaran produk investasi kepada individu dan perusahaan kaya di Tiongkok, telah berjuang keras untuk memenuhi kewajibannya kepada para investor selama berbulan-bulan. Kondisi ini menjadi semakin rumit setelah kematian Xie Zhikun, pendiri dan pemegang saham terbesar Zhongzhi, pada Desember 2021, memunculkan kebingungan dalam pengambilan keputusan perusahaan.
Musim panas lalu, Zhongrong International Trust, bagian dari grup Zhongzhi, mengalami kegagalan pembayaran pada sejumlah produk investasinya dengan imbal hasil tinggi, memicu kekhawatiran terkait penurunan properti di Tiongkok. Pada bulan September, dua lembaga keuangan besar milik negara turun tangan untuk memberikan bantuan kepada Zhongrong, yang memiliki aset dikelola sekitar $108 miliar pada akhir 2022.
Para investor yang membeli produk Zhongzhi merasa terdzolimi dan telah menyuarakan ketidakpuasan mereka melalui media sosial dan protes langsung. Beberapa dari mereka berusaha menekan perusahaan agar memenuhi kewajibannya, menciptakan tekanan lebih lanjut bagi Zhongzhi.
Dalam upaya untuk menanggapi kekhawatiran investor, cabang departemen kepolisian Beijing telah mengajukan permintaan kepada para investor untuk melaporkan kerugian mereka. Namun, beberapa investor merasa enggan untuk melibatkan diri dalam proses ini, khawatir bahwa mereka mungkin tidak akan mendapatkan pengembalian investasi yang signifikan.
Zhongzhi Enterprise dengan kewajiban yang dinyatakan mencapai US$59-64 miliar dan aset sekitar US$28 miliar, berada di ambang kegagalan besar. Analis keuangan menyatakan bahwa tingkat pemulihan bagi investor kemungkinan akan sangat rendah, menciptakan tantangan lebih lanjut bagi perekonomian Tiongkok yang tengah pulih.
Selain itu, dampak keuangan Zhongzhi Enterprise meluas ke industri lain di Tiongkok, dengan setidaknya 17 perusahaan publik yang menyatakan ketidakmampuannya membayar bunga atau pokok atas produk yang dikelola oleh Zhongrong. Jumlah pembayaran yang terlewat ini mencapai $153 juta atau Rp2,36 triliun, menyoroti dampak serius krisis keuangan ini.
Tindakan serupa telah diambil sebelumnya oleh pemerintah Tiongkok terhadap unit pengelolaan kekayaan China Evergrande pada bulan September, menunjukkan semakin tegasnya kontrol pemerintah terhadap sektor keuangan. Zhongzhi, yang terutama melayani investor kaya dengan investasi minimal sekitar $420,000, kini menjadi sorotan utama dalam krisis keuangan yang mengguncang Tiongkok, menghadirkan tantangan nyata bagi pasar saham dan kepercayaan investor di negara tersebut.
Demikian informasi seputar kejatuhan dan kebangkrutan Zhongzhi Enterprise. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Readaksi.com.