Industri migas di Asia tengah memasuki fase baru dalam strategi investasinya. Proyeksi terbaru dari lembaga riset Fitch Solutions, bagian dari Fitch Ratings, menunjukkan bahwa total belanja modal atau capital expenditure (capex) yang direncanakan oleh 15 perusahaan minyak dan gas utama di Asia akan mencapai USD136,4 miliar pada tahun 2024. Angka ini mengalami peningkatan moderat sebesar 4,8% dibandingkan dengan capex tahun 2023.
Peningkatan industri migas di Asia didukung oleh komitmen investasi substansial dari sejumlah perusahaan besar seperti Inpex, Santos, dan perusahaan migas dari China Daratan. Fokus utama investasi ini adalah sektor hulu migas, terutama pada pengembangan ladang gas alam dan infrastruktur gas alam cair (LNG) serta regasifikasi.
Proyek-proyek itu diprediksi akan mendominasi capex industri hulu dan antara migas di Asia, seiring dengan kebutuhan yang meningkat akan energi bersih dan transisi menuju energi rendah karbon.
BMI juga mencatat bahwa badan usaha milik negara (BUMN) migas akan berada di garis terdepan dalam investasi energi terbarukan di Asia, sementara sektor swasta masih menunjukkan keterlibatan yang relatif terbatas.
Meski demikian, ada peningkatan industri migas di Asia yang signifikan dalam pembangkitan listrik dari sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin, sebagai bagian dari diversifikasi usaha migas menuju sektor energi yang lebih hijau.
Sementara itu, di sektor hilir, investasi ladang baru atau greenfield diproyeksikan akan terjadi di China Daratan dan India. Di Asia Tenggara, termasuk Thailand, Malaysia, India, dan Brunei Darussalam, investasi di sektor hilir lebih cenderung pada proyek perluasan dan peningkatan fasilitas penyulingan yang sudah ada.
Proyeksi capex untuk tiga perusahaan migas BUMN terbesar di China juga menunjukkan tren pertumbuhan, meski tipis. Capex gabungan dari tiga perusahaan tersebut diperkirakan tumbuh sebesar 1% menjadi USD45 miliar pada tahun 2024.
China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) diperkirakan akan meningkatkan belanja modalnya secara signifikan hingga mendekati USD17 miliar, sementara Sinopec dan PetroChina akan tetap fokus pada investasi di operasi inti dan energi baru.
Secara keseluruhan, arah investasi di industri migas di Asia semakin menunjukkan pergeseran menuju energi rendah karbon dan terbarukan. Tren ini mencerminkan adaptasi industri terhadap tantangan global terkait perubahan iklim dan kebutuhan untuk memperkuat ketahanan energi regional. Demikian informasi seputar pertumbuhan industri migas di Asia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Readaksi.Com.