kebijakan IUU Fishing memberikan berkah bagi nelayan kecil
Paska penerapan kebijakan IUU Fishing yang masif dilakukan oleh Kementrian Perikanan dan kelautan (KKP) RI, produksi ikan tuna Tanah Air mengalami peningkatan signifikan sejak tahun 2015 lalu.
Dirjen Perikanan Tangkap Kementrian Kelautan dan Perikanan RI, M Zulficar Mochtar membenarkan hal tersebut. Zulfikar mengatakan, bahwa adanya peningkatan produksi tuna merupakan hasil dari penerapan IUU Fishing yang masif dilakukan oleh KKP. Baik melalui penangguhan kapal asing, penangkapan dan penenggelaman kapal ilegal yang masuk ke wilayah Indonesia maupun dengan penertiban rumpon yang dilakukan oleh KKP.
Produksi tuna yang melambung tinggi, membuat Indonesia menjadi Negara penghasil tuna terbesar, dan menyuplai sebanyak 16 persen produksi tuna global.
“sekitar satu dari enam tuna dunia yang ditangkap selama tiga tahun terahkir berasal dari Indonesia, yang merupakan 16 persen dari produksi tuna dunia,” ujar Zulficar.
Zulficar mengungkapkan, tren positif produksi tuna tanah air meningkat sejak tahun 2015. Merujuk pada data statistik yang telah dihimpun, pada tahun 2015, produksi total tuna Indonesia sebanyak 670.512 ton, kemudian mengalami peningkatan sebanyak 714.148 ton di tahun 2016. Dan 760.781 ton pada tahun 2017.
selanjutnya, zulficar menambahkan, adanya kenaikan tersebut bukan hanya dari perikanan skala besar, namun perikanan skala kecil juga memberikan kontribusi yang maksimal dalam peningkatan produksi tuna.
“indikasi kenaikan tersebut sesuai hasil analisa, bukan hanya berasal dari perikanan sekala besar, namun juga perikanan dengan skala kecil memiliki kontribusi yang cukup besar pada produksi tuna tanah air. Terutama di perairan territorial dan wilayah kepulauan,” terang Zulficar.
Zulficar mengatakan, penerapan kebijakan dan pemberantasan IUU Fishing juga memberikan dampak positif bagi nelayan-nelayan dengan skala kecil .
“jadi dari hasil kebijakan tersebut, telah membawa berkah khususnya nelayan-nelayan dengan skala kecil, karena tuna sekarang menjadi semakin mudah ditangkap diwilayah perairan kita yang memang kaya akan sumber daya alam,” katanya.
Sebagai salah satu penghasil tuna terbesar didunia, Indonesia menjadi penyuplai utama pasar-pasar luar negeri, seperti Amerika, yang menjadi pasar terbesar dari Indonesia, Amerika mengkonsums hampir separo dari tangkapan Indonesia. Kemudian Uni Eropa, Jepang, Korea, dan Hongkong.
Saat ini ekspor tuna Indonesia ke Amerika melambung tinggi hingga mencapai 130 persen sejak 2014.
Direktur Bahari Biru Nusantara (perusahaan yang bergerak dalam pengolahan ikan) , Hadi wijaja mengungkapkan, mereka dapat memproses sekitar 35 ton ikan perhari atau sekitar 50.000 ton ikan pertahun.
Selain itu Perusahaan Bahari Biru Nusantara juga berhasil masuk pameran perdagangan laut terbesar dibenua Amerika, Seafood Expo North Amerika 2019, bersama dengan 20 pemasok ikan asal Indonesia lainya.
Dengan masuknya perusahan pemasok ikan asal Indonesia, ke salah satu pameran terbesar, menunjukkan bahwa Indonesia mampu menjadi produsen tuna berkualitas tinggi terbaik dunia, dan mampu memuaskan pelanggan potensialnya.