Clickbait ‘Kecurangan Bagian dari Demokrasi’ dan Masyarakat yang Malas Baca

Makalah yang berjudul Kecurangan Bagian dari Demokrasi menjadi pokok permasalahan yang kemudian diklarifikasi oleh Anas Nashikin melalui kesaksiannya dalam sidang MK.

Berkaitan dengan judul materi Kecurangan Bagian dari Demokrasi yang disampaikan oleh Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko dalam training of trainers (TOT) pada 20-21 Februari 2019, kemudian disengketakan dalam sidang Mahkamah Konstitusi (MK) berkaitan sengketa hasil pemilihan presiden 2019.

Kecurangan Bagian dari Demokrasi, Benar Clickbait?

Apabila dilihat dari struktur materi judulnya, Kecurangan Bagian dari Demokrasi tentu akan ambigu, menimbulkan bermacam pertanyaan, dan tafsiran yang berbeda-beda.

Logikanya seperti ini, apakah mungkin seorang purnawirawan jenderal seperti Moeldoko yang notabenenya mengenyam pendidikan tinggi akan seteledor itu? Atau jangan-jangan itu adalah judul yang clickbait?

Lalu apa itu judul clickbait? Clickbait  adalah penggunaan judul yang hiperbola, yang kemudian menimbulkan efek mengejutkan dan penasaran dari pembacanya. Sehingga pembaca akan tertarik untuk membaca atau mengikuti acara dengan judul yang clickbait.

Anas Nashikin dalam kesaksiannya di sidang MK (katadata)

Jika ditemui di media sosial, tentu artikel dengan judul yang clickbait kadang tidak berhubungan sama sekali dengan isi atau konten tulisan tersebut. Hal tersebut ditujukan agar para pembaca meng-clik artikel tersebut dan kemudian membacanya.

Berkaitan dengan kasus materi yang berjudul Kecurangan Bagian dari Demokrasi, Anas Nashikin yang merupakan koordinator bidang pelatihan di Direktorat Saksi TKN Jokowi-Ma’ruf memberikan saksi di sidang MK.

Dalam kesaksiannya, Anas Nashikin menyebut jika materi tersebut disampaikan dalam sesi pemaparannya, dan memang ada kesengajaan ditulis sedemikian rupa, dan bertujuan untuk mengagetkan peserta.

“Jadi begini Yang Mulia, materi ini mesti dipahami secara utuh. Kalau Yang Mulia lihat di dalam slide itu dan lihat di slide-slide berikutnya, maka memang itu sengaja ditulis begitu untuk mengagetkan biar ada perhatian,” ujar Anas dalam sidang MK, Jumat (21/6/2019).

Berkaitan dengan pemilihan judul tersebut Anas ingin mengingatkan masyarakat jika kecurangan merupakan sesuatu yang niscaya perlu untuk diantisipasi dalam pemilu 2019.

Berdasarkan kesaksian dari Anas, dapat diperoleh kesimpulan jika judul materi tersebut memang benar-benar clickbait. Lalu apa tujuannya? Apakah ada unsur politis?

Sebagaimana kita ketahui, kata “kecurangan” memang dalam beberapa waktu belakangan santer terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Bermula ketika salah satu pasangan calon presiden dan para pendukungnya mengklaim jika ada kecurangan terstruktur dalam pemilihan presiden.

[artikel number=3 tag=”Pilpres, MK, pemilu 2019”]

Logika sederhananya, penyusun materi dalam acara ToT tersebut ingin membuat perhatian pesertanya dengan judul yang bombastis dan menarik perhatiannya. Tentu mengetahui judul yang sedemikian rupa peserta akan antusias dan mengikuti seminar sampai selesai.

Judul clickbait tersebut tentu akan memiliki efek yang berbahaya, tentunya bagi orang—dan ironisnya adalah bagi masyarakat Indonesia yang malas baca. Clickbait menuntut pembaca untuk membaca artikel secara utuh agar mengetahui dan memahami informasi yang ingin disampaikan.

Memang masyarakat kita yang ‘konon’ dilahirkan dari budaya literasi lisan, apakah akan terus menerus malas, sekadar menggali informasi dengan mandiri (membaca)? Pada kenyataannya, sampai saat ini dalam proses pendidikan ada kecenderungan; guru berceramah, murid menyimak, dan besok sudah lupa.

Hal tersebut adalah tantangan besar bagi masyarakat Indonesia di derasnya arus informasi jaman sekarang ini. Kecurangan Bagian dari Demokrasi adalah pelajaran berharga, agar masyarakat kita tidak malas untuk membaca. Semoga!