Masa Muda Jendral Moeldoko dan Sisi Lainnya

Jendral Moeldoko membagikan sedikit cerita masa muda dan sisi lainnya di hadapan beberapa santri. Simak artikel berikut ini.

Cerita sukses menjadi salah satu hal positif yang bisa dibagikan oleh seseorang. Cerita tersebut diharapkan mampu memberikan dampak yang positif bagi pendengarnya, khususnya para pemuda penerus bangsa.  Cerita yang membangun semangat juga sering diberikan oleh para tokoh publik, tidak terkecuali Jendral (Purn) Moeldoko. Purnawirawan yang kini menjabat sebagai kepala staf kepresidenan tersebut sempat membagikan kisah masa kecil yang dulu dialaminya. Siapa sangka, Moeldoko kecil ternyata memiliki latar belakang yang cukup agamis. Tentu hal semacam itu tidak begitu ketara jika dilihat dari penampilan Jendral Moeldoko yang selalu identik dengan kemiliteran. Di masa itu pula Moeldoko mengaku lebih sering berada di surau. Kehidupan khas pedesaan Moeldoko juga sempat disinggung di hadapan santri.

Kenangan masa kecil Moeldoko tersebut dibagikan di Ponpes Nurul Yaqin, Padang Pariaman.


Jendral Moeldoko ziarah e makam pendiri pondok pesantren, Syekh H Ali Imran bin Hasan Bagindo (metrontb.com)

Dilansir dari www.kumparan.com, Jendral Moeldoko sempat mengunjungi pondok pesantren Nurul Yakin pada hari Jumat, 16 Maret 2018 silam. Di hadapan para santri pondok pesantren Nurul Yakin, Jendral Moeldoko membagikan kisah masa kecil ketika berada di Kota Kediri, Jawa Timur. “Jika mengingat masa kecil saya, saya tidak pernah membayangkan bisa menjadi Panglima TNI, dan sekarang ini menjadi Kepala Staf Kepresidenan. Tetapi, dengan berfokus mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan, siapapun bisa menjadi apapun,” katanya di hadapan para santri.

Dari keterangan Jendral Moeldoko pula dapat diketahui bahwa beliau sering menghabiskan masa kecil di sebuah surau. Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataannya. “Tiap hari, kira-kira jam 4 pagi, dibangunkan oleh kiai saya, Kiai Slamet, untuk salat subuh bersama anak-anak lain. Sehabis itu baru membantu orang tua di sawah,” seperti yang dikutip dari Kumparan.

Di masa itu, Jendral Moeldoko seolah mendapatkan kekuatan dan jati dirinya sehingga ia mampu menjadi seseorang yang seperti sekarang. Bekal tekat dan keyakinan menjadi sesuatu yang penting bagi Jendral Moeldoko. Jendral Moeldoko juga sempat menekankan semangat berjuang dalam meraih cita-cita. “Perubahan memang sedang terjadi di mana-mana. Berlangsung sangat cepat, melibatkan teknologi. Tapi kita tidak boleh hanya menjadi penonton atau duduk diam berpangku tangan,” katanya.Cerita Sukses yang diberikan Jendral Moeldoko tentu tidak jauh dari rasa juang dan nasionalisme. Beliau menekankan pentingnya peran pondok pesantren, surau, masjid, dan tempat keagamaan lain agar menjadi salah satu benteng sekaligus pembangun karakter penerus bangsa.