Moeldoko Imbau Agar Petani Menggunakan Pendekatan Teknologi

Kemajuan teknologi dan informasi sudah seharusnya dapat dimanfaatkan manusia dalam membantu pekerjaannya, termasuk bertani

Sudah seharusnya di era globalisasi ini, terjadi perpindahan arus bekerja, tidak terkecuali petani. Sektor pertanian diharapkan dapat memanfaatkan pendekatan teknologi yang ada guna menunjang hasil panen dan terutama untuk kesejahteraan petani itu sendiri.

Setidaknya hal tersebut yang disingguh oleh Presiden Joko Widodo, yang mengatakan petani Indonesia sudah waktunya menggunakan cara-cara baru untuk mengolah pertaniannya, yaitu dengan memanfaatkan teknologi. Pemanfaatan teknologi bagi petani diharapkan mempu meningkatan hasil panen agar menjadi lebih baik.

Tanggapan Moeldoko Soal Pendekatan Teknologi Bagi Para Petani

Menaggapi soal fenomena teknologi dan pertanian tersebut Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko, mengungkapkan agar perlu adanya pendampingan bagi petani agar tetap fokus menjaga lingkungan, selain dapat memanfaatkan teknologi.

Mantan Panglima TNI yang juga menjabat sebagai ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, mengatakan agar para petani memiliki sebuah pola pikir baru agar ke depannya dapat menjadi petani modern yang sukses.

“Nanti saya juga akan bertani. Petani yang memuliakan tanah dengan melakukan pendekatan bertani organik agar ekosistem berjalan dengan baik,” ujar Moeldoko dilansir dari agronet.co.id, Jumat (10/05).

Mesin Pertanian (ytimg)

Sampai saat ini yang menjadi persoalan adalah mengenai perhutanan sosial dan semua program yang berkaitan dengan lingkungan hidup, sehingga perlu dukungan pemerintah untuk petani. Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat hingga saat ini terdapat 120.000 hektar lahan baku di Indonesia yang tereduksi. Maka tidak dipungkiri jika setiap tahunnya lahan tersebut akan menipis. Maka guna mengantisipasi, Moeldoko menginginkan agar para petani fokus pada pendekatan teknologi untuk mengantisipasi penyempitan lahan.

[artikel number=3 tag=”moeldoko, KSP”]

“Teknologi dalam pertanian ini menjadi suatu keharusan dengan menipisnya lahan padi. Petani dapat menggunakan M-400 di mana 1 pohon menghasilkan 350 sampai 400 butir. Dalam 1 hektare menghasilkan 10,4 ton. Jika irigasinya bagus maka panen bisa berlipat-lipat,” jelas Moeldoko. Sistem bertani, menurut Moeldoko, sudah seharusnya menerapkan sistem bayar setelah panen. Pelaksanaannya adalah para petani diberi benih, pupuk, dan pendampingan hingga panen tiba. Teknologi yang semakin maju memang mengharuskan semua elemen pekerjaan memanfaatkannya. Sungguh disayangkan bukan, jika para petani tidak dapat memanfaatkan ponsel pintar yang mereka miliki. Tidak lucu bukan jika produktifitas petani habis gara-gara untuk membuka facebook atau bermain Tik Tok? Sehingga pendekatan Teknologi di sektor pertanian adalah hal yang wajib di era sekarang.