Wacana Puan Maharani Berkaitan dengan Impor Guru, Perlukah?

Untuk membentuk SDM yang berkualitas, pendidikan adalah faktor kunci demi terciptanya SDM yang mumpuni.

Tidak dipungkiri lagi pendidikan adalah hal sentral bagi kemajuan bangsa. Jika membicarakan pendidikan maka kita tidak akan luput dari peran guru. Pahlawan tanpa tanda jasa tersebut adalah kunci kesuksesan bagi sebuah bangsa. Berkaitan dengan hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, menggagas sebuah ide yang unik, yaitu impor guru.

Apa Perlu Indonesia Impor Guru?

Wacana Puan tersebut berarti akan mengundang guru dan pengajar dari luar negeri untuk mengajar di Indonesia. Hal utama yang akan membuat kendala ara guru asing tersebut ketika mengajar di Indonesia yaitu kendala bahasa, untuk itu akan disediakan penerjamah dan alih bahasa oleh pemerintah. Lalu guru dengan kriteria seperti apa yang akan mengajar di Indonesia?

“Kita ajak guru dari luar negeri untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang dibutuhkan di Indonesia,” kata Puan, Kamis (9/5) seperti yang dilansir Antara.

Soal kriteria guru yang akan didatangkan, ternyata adalah guru yang memiliki kapasitas ilmu yang belum dimiliki guru-guru di Indonesia. Sehingga Puan menghimbau agar ke depannya pihak-pihak sekolah agar menyampaikan kriteria pengajar seperti apa yang dibutuhkan. Tidak hanya isapan jempol semata, sebenarnya Indonesia saat ini juga sudah bekerja sama dengan negara seperti Jerman soal impor guru.

Pengajar Asing (ardiannugroho.com)

Berkaitan dengan kemajuan bangsa, pada kesempatan yang sama Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) juga teleh menyiapkan tiga jurus untuk 100 tahun Indonesia Merdeka pada 2045, yaitu pemerataan infrastruktur, reformasi birokrasi, dan pengembangan SDM. Berkaitan dengan itu, Jokowi meminta agar jajarannya agar dapat menyambungkan titik-titik di daerahnya. Tiga jurus  tersebut diharapkan dapat memperbesar peluang Indonesia menjadi negara dengan ekonomi terkuat dunia.

 
Kemudian berkaitan dengan urusan birokrasi yang terkenal njelimet Jokowi mengutarakan jika permasalahan urusan perizinan dari pusat ke daerah harus dipotong agar menjadi seefisien mungkin. Terakhir adalah soal SDM sekaligus hal yang krusial. Hal tersebut dikarenakan sebanyak 51 persen tenaga kerja di Indonesia adalah lulusan SD.

[artikel number=3 tag=”puan-maharani, sri-mulyani, jokowidodo”]

“Untuk masuk ke sana tidak mudah, banyak tantangan yang harus diselesaikan dan dihadapi. Jangan dipikir kita biasa-biasa tahu-tahu masuk ke-4 besar, ke-5 besar ekonomi terkuat. Rumus seperti itu tak ada. Banyak negara terjebak ‘middle income trap’ karena tidak bisa menyelesaikan persoalan besar di negaranya. Kita harus bisa menyelesaikan persoalan yang ada menuju 2045, 100 tahun Indonesia merdeka,” ungkap Jokowi. Berdasarkan persoalan tersebut, maka benar apa yang diwacanakan oleh Puan dengan adanya impor guru. Indonesia harus banyak belajar dari negara-negara maju pada sektor pendidikannya. Setidaknya hal tersebut yang pernah dilakukan oleh Malaysia pada orde lama silam, yang mengimpor tenaga pengajar dari Indonesia.