Analisis Pasar Makanan di Indonesia di Era Industri 4.0

Revolusi industri 4.0 mengubah segala tatanan, termasuk dengan industri makanan. Berikut analisis pasar makanan di Indonesia.

Revolusi industri kini mencapai tahap terbaru dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dalam proses produksinya. Melalui artikel ini akan dibahas analisis pasar makanan dengan perubahan revolusi industri yang ada.

Beberapa Analisis Pasar Makanan dengan Perkembangan Teknologi

Untuk pertama kalinya revolusi industri terjadi di Inggris pada abad ke-18 bertepatan dengan ditemukannya mesin-mesin bertenaga uap. Kemudian revolusi industri kedua berlangsung pada sekitar 1870, ketika perindustrian dunia beralih dari tenaga uap ke tenaga listrik.

Kemudian pada era tahun 1960-an muncul revolusi industri yang ketiga kalinya, yang ditandai dengan berbagai perangkat elektronik yang mampu menghadirkan otomatisasi produksi.

Pengembangan proses produksi makanan dengan pola Industri 4.0 membutuhkan investasi tinggi (comes.eu)

Kemudian kini industri dan manufaktur dunia masuk dalan era revolusi industri 4.0. Istilah tersebut berasal dari sebuah proyek pemerintah Jerman yang sedang mengaplikasikan kecerdasan buatan atau “artificial intelligence”.

Revolusi Industri 4.0 sendiri berpeluang meningkatkan pendapatan global, menghasilkan harga murah, peningkatkan efisiensi, penurunkan biaya transportasi dan komunikasi, dan membuat biaya perdagangan berkurang. Hal tersebut kemudian akan membuka pasar baru dan mendorong pertumbuhan laju ekonomi.

Konsep dasar dari Industri 4.0 adalah penggunaan sistem cyber-physical yang akan mengintegrasikan manusia, mesin, dan data dengan lini produksi secara digital dan realtime melalui internet. Sistem tersebut kemudian akan mencakup penggunaan internet untuk segala (IoT), autonomous robot, big data dan quantum computing.

Pemerintah Indonesia sendiri kini telah memilih lima sektor industri utama yang akan menerapkan Industri 4.0, salah satunya adalah industri makanan. Berdasarkan prediksi dari Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), dengan teknolofi industri makanan dan minuman skala menengah besar dapat meningkat hingga 50% pada tahun 2025.

Sebagaimana analisis dari kontan.co.id, ketika industri makanan menerapkan Industri 4.0. Pertama, industri makanan dan minuman berkontribusi 30,5% terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan 2017. Porsi tersebut meningkat dari tahun 2010 yakni 23,8%.

Tahun lalu, industri makanan dan minuman juga mencatatkan pertumbuhan hingga 9,2%. Pencapaian itu lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan industri pengolahan secara keseluruhan yakni 4,3% dan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,07%.

Kedua, adanya pengembangan pengembangan pasar yang lebih besar, dikarenakan populasi penduduk yang besar (dengan pertumbuhan kelas menengah yang menjadi basis pasar domestik), dan kemudian mengakibatkan ekspor makanan dan minuman meningkat.

Ketiga, industri dari makanan dan minuman menyerap 4,73 juta orang pekerja (sekitar 27% dari total tenaga kerja sektor industri pada tahun lalu), yang kemudian diharapkan berdampak pada kesejahteraan semua tenaga kerjanya.

Kelemahannya adalah tidak semua industri makanan di Indonesia dapat menerepkan Industri 4.0 tersebut, dikarenakan memerlukan nilai investasi yang sangat tinggi.

[artikel number=3 tag=”Market, analisis-pasar, 4.0”]

Lalu bagi industri kecil makanan bukan berarti tidak dapat memanfaatkan pola industri 4.0, mereka tetap dapat melakukan strategi tersebut. Penggunaan teknologi dalam rangka revolusi industri 4.0 tidak hanya pada proses produksinya, namun dapat diterapkan melalui proses pemasarannya.

Hingga kini bagi pelaku industri makanan sudah menerapkan pemasaran tersebut, dengan sadarnya pasar online sebagai sasaran mereka selain pasar offline yang ada. 

Kemudian dari kelemahan-kelemahan tersebut, adalah peluang bagi pengembang kecerdasan buatan untuk mencari solusi dari para pelaku industri makanan mengengah ke bawah dalam aplikasi proses produksinya menggunakan pola Industri 4.0.

Berdasarkan analisis pasar makanan di atas, sektor konsumer tetap memiliki peluang yang baik dalam ke depannya. Terlepas dari makanan adalah kebutuhan pokok manusia, tingkat kreatifitas dan inovasi adalah hal utama dalam persaingan Industri 4.0.