Apa Kabar Signature Tower, Calon Gedung Tertinggi di Indonesia

Signature Tower dalam pembangunannya terhenti, apa penyebabnya?

Pembangunan gedung pencekar langit atau supertall di Indonesia, khususnya Jakarta memang sempat booming beberapa tahun lalu. Bahkan pada tahun 2012 sudah muncul pembangunan megatall yang merupakan gedung dengan tinggi di atas 600 meter yang dinamakan Signature Tower.

Signature Tower yang memiliki ketinggian 638 meter, dengan 111 lantai, ditafsir menghabiskan biaya sebesar US$1,7 miliar, atau Rp23,8 triliun. Gedung ini akan berdiri di kawasan PT Danayasa Arthatama Tbk (SCBD) yang ditujukan sebagai perkantoran, hotel, dan apartemen. Namun sayangnya pembangunan gedung ini ditunda untuk sementara waktu.

Dibalik Penundaan Signature Tower

Seperti dilansir dari tirto.id (30/07/18), Tony Soesanto, Direktur PT Grahamas Adisentosa (anak usaha SCBD), memutuskan menunda pembangunan Signature Tower dengan alasan kondisi pasar perkantoran yang dinilai kurang menjanjikan.

Penundaan tersbut diakibatkan karena tingkat okupasi gedung perkantoran di Jakarta pada kuartal I-2018 mengalami penurunan menjadi 81,9 persen. Penyebab penurunan tajam tingkat okupansi tersebut disebabkan karena munculnya pasokan ruang kantor baru.


“Kami sedang mengkaji ulang masalah pembiayaannya, karena kondisi ekonomi baru-baru ini juga banyak perubahan. Untuk kapan bangunnya, kami belum bisa pastikan. Masalah desain dan perizinan tetap jalan terus,” beber Tony.

Pembangunan gedung pencakar langit yang memakan biaya konstruksi yang besar, tentu akan memiliki harga sewa yang besar pula. Hal tersebut adalah salah satu pertimbangan yang harus dikaji oleh pembangun, apalagi adanya indikasi kelebihan pasokan perkantoran di Jakarta.

Gedung Tertinggi di Dunia (amazonaws.com)

Mangkraknya pembangunan Signature Tower yang digadang-gadang adanya perubahan desain, maka akan memiliki dampak berkaitan dengan semakin panjangnya proses perizinan, sehingga pembangunan fisik juga harus ditunda.

Selain itu terdapat beberapa faktor lainnya berkaitan dengan penundaaan pembangunan Signature Tower, yaitu berkaitan dengan lokasi geografis. Jarak dari SCBD dengan Bandara Halim yang hanya memiliki jarak sekitar 10 km, dapat membahayakan penerbangan.

[artikel number=3 tag=”Market, signature-tower, gedung-tertingi”]

Signature Tower yang  memiliki tinggi 600 meter lebih juga akan menimbulkan permasalahan baru, yaitu berkaitan dengan rekayasa lalu lintas kendaraan yang akan semakin padat. Hal tersebut dikarenakan akan adanya ruang-raung baru yang ditimbulkan dari pembangunan.

Pembangunan Signature Tower pada dasarnya hanya didasari proyek ambisius, yang belum terlalu mempertimbangkan kondisi tata ruang di Jakarta. Jika Dubai, Taipei dan beberapa kota besar lainnya sudah memiliki ruang kota yang lebih tertata, maka tidak heran jika pembangunan megatall akan berjalan lancar. Namun untuk Jakarta, masih banyak hal yang perlu dipertimbangkan.