Moeldoko Doktrin Mahasiswa Untuk Terus Lakukan Inovasi di Era Revolusi Industri 4.0

Revolusi Industri mendorong kita agar terus melakukan Inovasi

Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jendral (Purn) TNI Moeldoko berpesan kepada mahasiswa untuk selalu siap dalam mengadapi revolusi industri 4.0.  moeldoko mengungkapkan, mahasiswa perlu  untuk adaptif dan terus berinovasi agar selalu bisa menghadapi tantangan yang ada.

Selanjutnya, moeldoko mengatakan, inovasi perlu dilakukan agar kita tidak tertinggal jauh dalam era revolusi Industri 4.0.



Ilustrasi Revolusi Industri 4.0 (29oxhy.blogspot.com)

“Selalu merubah diri, nggak boleh statis (selalu siap dalam perubahan zaman) agar tidak ketinggalan jauh. Ungkap moeldoko, rabu (13/3/2019).

Moeldoko menambahkan, bahwa ia selalu memberi doktrin kemahasiswa agar selalu melakukan inovasi.

“Inovasi or die, maaf saja, kalau kalian nggak punya inovasi kalian akan die, akan mati terhadap dunia ini, akan tertinggal jauh “tutur Moeldoko.

Hal tersebut disampaikan Moeldoko dalam sebuah acara diskusi ‘Impact Talks! Leadership, Career and Scholarship’, yang diselenggarakan di Auditorium Nurcholish Madjid, Universitas Paramadina, Mampang, Jakarta selatan. Dalam kesempatan itu ia meminta mahasiswa untuk mempersiapkan diri agar siap untuk berkontribusi dalam bernegara. Moeldoko berpendapat, ditahun 2045 nanti, tampuk kepemimpinan akan dipegang oleh mereka yang saat ini duduk dibangku kuliah.

Disamping itu, Moeldoko juga menyampaikan perubahan dunia telah berjalan begitu cepat, penuh resiko dan juga sangat pelik dan rumit.

Selanjutnya, ia mengatakan, Negara yang selalu mengikuti perkembangan zaman, adalah yang akan menang.

“Ingat ya lima hal ini, seperti yang pak jokowi selalu katakan, saat ini bukan Negara besar yang akan menang dengan Negara kecil, bukan Negara kaya dengan miskin, bukan Negara kuat yang berpangaruh dengan Negara lemah, akan tetapi Negara yang memiliki kecepatan untuk beradaptasi dengan lingkunganlah yang akan menang “. katanya .

Kepala KSP yang juga pernah menjabat sebagai Panglima TNI era SBY ini memaparkan, bahwa Negara yang selalu bertumpu dari hasil minyak dan gas tanpa mengejar sumber pendapatan lain akan bangkrut. Ia memberi contoh Arab Saudi, saat ini Negara Arab sudah mulai mencari sumber pendapatan Negara disektor lain.

Begitu juga dengan fungsi baja yang akan digantikan dengan bahan daur ulang, akan membuat pabrik baja mengalami kesulitan keuangan dikemudian hari.

“Perusahaan suku cadang, akan mengalami kesulitan, mobil biasa pada dasarnya membutuhkan ribuan suku cadang, namun mobil listrik hanya membutuhkan 18 suku cadang. Ini situasi masa depan yang sangat mungkin menjadi kenyataan, oleh sebab itu kita harus bisa untuk mengantisipasi, kalau hal ini yang akan terjadi”, terang moeldoko.

Dalam kesempatan itu, Moeldoko juga mengingatkan mahasiwa akan pentingnya peningkatan kapasitas kepemimpinan. Ia mengatakan, emosional menjadi modal utama dalam kepemimpinan.

“Kecerdasan emosional yang paling atas, kemudian intelektual . untuk memperkuat moral dan karakter diperlukan religiusitas. Kalau kita bicara leadership 95% adalah karakter. Kepemimpinan itu bisa dipelajari, ada seninya”, ucapnya.

Dalam acara diskusi tersebut juga dihadiri Firmanzah selaku rector Universitas Paramadina, juga penerima penghargaan McKinsey & Co. Young Leader for Indonesia, Nadia Fitirani, dan former Analyst BP, AKhmad A Sani.