Selain Pernah Menjadi Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadkin Juga Pernah Menjadi Ketua PSSI. Begini kisah Ali Sadikin Saat Menjabat Ketua PSSI.

Selain pernah menjadi Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin juga pernah menjabat sebagai ketua umum PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) pada periode tahun 1977-1980.

Saat menjadi ketua dari induk klub sepak bola indonesia Ali Sadikin banyak menuai kontroversi.Salah satu hal yang akan teringat oleh publik adalah ketika Ali Sadikin marah besar. Kemarahan Ali Sadikin tersebut dipicu lantaran timnas Indonesia gagal di semifinal SEA Games tahun 1977.

Kata-kata marah Ali Sadikin saat menjabat sebagai ketua organisasi sepak bola indonesia adalah “Kalau ingin melihat pemain bersabar, bentuk saja kesebelasan malaikat!”

Kemarahan tersebut dipicu lantaran para pemain Indonesia yang disingkirkan oleh Thailand sebelumnya terlibat perkelahian saat pertandingan yang dipimpim oleh wasit asal Malaysia. Saat Andi Lala terkena kartu merah, kapten timnas Indonesia saat itu, Iswadi Idris, terlibat pertikaian dengan suporter Malaysia.  Ronny paslah, kiper timnas yang notabenenya sabar juga ikut terpancing emosinya karena keputusan yang diambil wasit.

Pertandingan tersebut seketika membakar emosi rakyat Indonesia, termasuk Ali Sadikin yang saat itu menjabat ketua umum persatuan sepak bola PSSI. Berbagai pihak mengritik emosi para pemain timnas yang dianggap labil, sontak Ali Sadikin langsung berkelakar dan mengeluarkan kata-katanya seperti yang diungkap di atas.


Karikatur Ali Sadikin (degilzine.com)

Ali sadikin yang terpilih sebagai ketua PSSI, menggantikan ketua umum lama, Bardoson, dengan masa jabatan tahun 1977 hingga 1981. Saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta  (1977), Ali Sadikin juga banyak mengritik perkembangan sepakbola nasional saat diketuai oleh Bardosono. Kemudian ketika Ali Sadikin menjabat, PSSI diperkenalkan dengan sepakbola semi pro yang kemudian dikenal Liga Sepakbola Utama (Galatama).

Galatama mulai bergulir pada 17 Maret 1979 dan diikuti 14 klub seperti Indonesia Muda, Jayakarta dan Warna Agung. Kemudian para pemain timnas mulai berbondong-bondong masuk klub-klub semi pro tersebut. Pernah kompetisi Galatama menjadi barometer di Asia dan menjadi bahan studi banding negara-negara lain, seperti Malaysia dan Jepang.

Sayangnya Galatama secara pelahan mulai kehilangan pamor, dan pretasi timnas tidak pernah  mencapai puncak. Di SEA Games 1979 Jakarta, timnas dikalahkan Malaysia di di final, juga di Pra Olimpiade 1980 yang tidak menuai prestasi. Keterpurukan timnas banyak disinyalir karena maraknya isu suap di era awal terbentuknya Galatama. Kekalahan dari Brunei dan Malaysia pada Pra Olimpiade 1980 (yang tidak pernah dialami pada masa jaya PSSI 1950-1970-an) membuat Ali Sadikin geram.  Ali Sadikin mencurigai ada faktor lain yang membuat timnas terus menerus kalah.

Hingga pada 6 Oktober 1980, dengan menyisakan masa jabatan satu tahun, Ali Sadikin mengundurkan diri dari Ketua Umum PSSI. Ketika itu Ali Sadikin menjadi sorotan  lantaran menjadi salah satu penandatangan “Petisi 50” yang mempertanyakan beberapa pernyataan politik terhadap Presiden Soeharto. Salah satu kata-kata yang selalu diingat dari Ali Sadikin adalah,”Teknis pemain yang hebat dan tinggi tidak ada artinya tanpa disertai dengan jiwa dan kepribadian yang kuat.” Kita tunggu kabar baik berikutnya berkaitan tentang PSSI ke depannya.