Perpindahan Partai Koalisi Jokowi dan Prabowo Menjelang Pengumuman KPU

Beredar isu pergantian koalisi menjelang pengumuman pemenang pilpres 2019, apakah benar?

Setelah pertemuan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis 2 Mei 2019 lalu, beredar dengan santer isu perpindahan partai koalisi menjelang pengumuman resmi dari KPU berkaitan pemenang pilpres 2019. Berdasarkan pertemuan tersebut tidak diektahui apa yang mereka bahas, namun Jokowi mengaku mengundang AHY untuk membahas kondisi politik usai Pemilu 2019.

Perpindahan Partai Koalisi, Apakah Mungkin?

Isu yang berkembang di dunia politik Indonesia menjelang pengumuman KPU kembali bergejolak, berkaitan dengan istilah “setan gundul” yang diinisiasi oleh Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat, Andi Arief. Pernytaan tersebut tentu menganggu koalisi Gerindra, Berkarya, PKS, dan PAN. Menurutnya sosok setan gundul tersebut adalah dibalik kesesatan dari klaim kemenangan Prabowo 62 persen

Meskipun demikian, tidak jelas mengenai siapa sosok dibalik setan gundul tersebut. Sebelum isu AHY dan setan gundul tersebut, terlebih dahulu dua petinggi Partai Amanat Nasional (PAN) telah terang-terangan berpindah haluan untuk memberikan dukungan ke Kubu Jokowi. Hal tersebut telah diutarakan oleh Wakil Ketua Umum PAN Bara Hasibuan  dan kader PAN Bima Arya yang menyatakan dukungannya pada Jokowi-Ma’ruf. Sikap dan dukungannya tersebut malahan seakan dilampu hijau oleh Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, lantaran tidak adanya teguran.

Andi Arief, Pencetus ‘Setan Gundul’ (beritagar.id)

Kembali ke AHY dan Partai Demokrat. Sebenarnya Partai Demorat memiliki kontrak dengan koalisi Prabowo-Sandi, yaitu hingga pemilu berlangsung. Dengan demikian, maka akan sah-sah saja jika Partai Demokrat akan beralih pada kubu Jokowi-Ma’ruf jika mereka ditetapkan sebagai presiden dan wakil presidan terpilih.

Meskipun demikian, perpindahan haluan koalisi tersebut masih terlalu dini dan selanjutkan akan dibahas lebih mendalam melalui koordinasi masing-masing partai. Akan tetapi perpindahan koalisi partai politik adalah hal yang wajar terjadi dalam perpolitikan, mengingat  Indonesia menerapkan Sistem pemilu presidensial sehingga koalisinya akan lebih cair.

Baca Juga:

Berkaitan bakal perpindahan koalisi Partai Demokrat ke kubu Jokowi, jika dianalisa akan menjadi lebih menarik. Tentu hal tersut tidak lepas dari sosok AHY yang mencuat dalam panggung politik Indonesia sejak dirinya mencalonkan diri pada Pemilihan Gubernur Jakarta 2017 silam. AHY yang pada tahun 2019 ini “tidak bermain” di ajang politik tentu memiliki strategi lain. Strategi tersebut salah satunya adalah membesarkan namanya di kancah politik.

Hal menarik selanjutnya sebaiknya kita tunggu pada 2024 mendatang, apakah AHY akan langsung bermain pada panggung pemilihan presiden atau tidak. Jika akan bermain maka sudah sewajarnya jika dirinya mulai sekarang membesarkan namanya, paling tidak masuk dalam jabatan kementerian. Sehingga sudah sewajarnya jika AHY menginginkan posisi strategis tersebut maka pihak partai akan berpindah haluan. Perpindahan partai koalisi tersebut masih menjadi prediksi, dan tentunya masih ditunggu sikap Partai Demokrat Selanjutnya. Apakah Partai Demokrat akan mencari posisi aman seperti 2014 silam, dengan tidak terlalu dekat dengan pemerintahan dan tidak jauh juga dengan pemerintahan, tentu hal tersebut juga dapat terjadi kembali